hari ini aku bertemu
dengan sebuah keluarga kecil..
seorang suami istri muda
dengan dua putri mungilnya..
dua putri mungil yang tak berhenti berceloteh..
dan ayah bunda yang tak henti menjawab celotehan malaikat mungilnya..
pikiran tersita
mata berkaca
napas terdesak
sakit di dada merajuk
aku teringat akan dia..
dia yang dulu berangan membangun keluarga denganku..
dia yang dulu ingin menghabiskan masa tua denganku..
dia yang dulu berencana membangun rumah bersamaku..
dia yang dulu mendamba memanggil aku bunda..
dia yang dulu mempersiapkan diri menjadi ayah peri kecilku..
dia yang dulu berharap aku seorang istri yang memahami dirinya..
dia yang dulu meyakinkan aku bahwa aku lah yang diinginkan.. mendorongnya di kala lelah melanjutkan usahanya..
mengelus dadanya saat emosi menutupinya..
menepuk pundaknya seakan berkata 'kamu bisa' kepadanya..
mendoakannya di tiap perjalanannya..
memberikan senyuman meringankan bebannya..
mempercayai dirinya sebagai imamnya..
menyajikan kasih sayang tulus pada anak-anaknya..
menggenggam tangannya untuk menjalani segala bersamanya..
menjadi istri yang taat, karena surga di telapak kaki suaminya..
dia seorang yang selalu yakin itulah aku nantinya..
itu sebuah harapan memang..
harapan yang membahagiakan saat itu tapi tidak untuk saat ini..
ini sebuah ironi memang..
ironi yang menggambarkan saat itu yang berbeda dengan saat ini..
karena kamu bukan milikku kini..
aku rindu..